Selasa, 04 Desember 2018

Teori Belajar Kognitif

Model belajar kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. 

Teori kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: Tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh J. Piaget, Advance organizer oleh Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar oleh Gagne, Webteaching oleh Norman, dan sebagainya.

Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike


Edward Lee Thorndike adalah adalah seorang Psikolog Amerika yang lahir di  Williamsburg, Massachusetts, Amreika Serikat pada tanggal 1 Agustus 1874. Beliau menghabiskan hampir seluruh kariernya di Teachers College, Columbia University. Karyanya di bidang Psikologi Perbandingan dan proses pembelajaran membantu meletakkan dasar ilmiah untuk psikologi pendidikan modern.

sumber: wikipedia
Thorndike adalah salah satu tokoh teori belajar behaviorisme. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku-tingkah laku yang tidak dapat diamati. Namun demikian, teorinya telah banyak memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran Koneksionisme (Connectionism).

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED


Pengertian pembelajaran terpadu tipe Integrated

Pembelajaran model integrated (keterpaduan) adalah model pem­belajaran terpadu yang menggunakan pendekatan lintas bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Fogarty, 1991).


Model integrated ini dianalogikan seperti melihat benda menggunakan kaleidoskop. Topik dari beberapa mata pelajaran ditata kembali di antara konsep yang sama atau mirip sehingga muncul pola dan rancangan baru. Fogarty (1991) dalam penjelasannya mengemukakan bahwa “ the integrated model blends the four major disciplines by setting curricular priorities in each and finding the overlapping skills, concepts, and attitudes in all four” . Hal ini berarti model integrated memadukan empat disiplin ilmu untuk menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih pada keempat bidang tersebut. Meskipun demikian bidang ilmu yang dapat dipadukan tidak diwajibkan pasti berjumlah empat, namun lebih dari dua untuk membedakannya dari model shared

Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada peserda didik tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam pembelajaran. Pada model integrated hal terakhir yang ingin dicapai oleh guru dalam tahap perencanaan program adalah tema yang merupakan keberkaitan dan tumpang tindih dari beberapa disiplin ilmu yang dipadukan. Hal yang perlu diperhatikan yakni keterpaduan yang dimaksud merupakan hasil penyaringan ide dari isi mata pelajaran, seperti pada model shared. Integrasi tumbuh dari dalam berbagai disiplin ilmu dan kecocokannya dibangun di antara mereka sebagai kesamaan yang paling sering muncul.

Langkah penyusunan pembelajaran terpadu tipe Integrated
Pembelajaran terpadu tipe integrated ini merupakan pemaduan kurikulum lintas mata pelajaran. Oleh karena itu pada tahap awal guru hendaknya membentuk tim lintas bidang studi yang anggotanya mewakili beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan. Adapun langkah-langkah penyusunan pembelajaran ini sebagai berikut.
Langkah 1 . Tim menyeleksi konten yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi kemudian mencatat konten yang menjadi prioritas. Berpijak dari konten ini, anggota tim mencatat konsep, keterampilan, dan sikap yang menjadi target pada setiap mata pelajaran.
Langkah 2 . Tim mencari ide-ide yang berhubungan erat dan tumpang tindih dari konsep, keterampilan, dan sikap tersebut kemudian menciptakan susunan ide/tema terpadu yang baru.


Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran terpadu tipe Integrated
Model pembelajaran terpadu tipe integrated memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: (1) adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa, pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang, (2) memotivasi siswa dalam belajar; (3) tipe integrasi juga memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain. Dalam tipe ini, guru tidak perlu mengulang kembali materi yang tumpang tindih, sehingga tercapailah efesiensi dan efektivitas pembelajaran.

Di samping itu, ini juga memiliki kekurangan, antara lain: (1) terletak pada guru, yaitu guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan yang diperioritaskan, (2) penerapannya, yaitu sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh, (3) tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya, (4) pengintegrasian kurikulurn dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.

Featured Documents

Artikel

View more

Fisika Lingkungan

View more