Selasa, 04 Agustus 2015

Pythagoras



Pythagoras merupakan salah satu filosof Yunani kuno yang besar dan pendiri sekolah Pythagoras. Selain terkenal sebagai filosof yang besar, Pythagoras juga terkenal sebagai seorang ahli dari matematika, terutama mengenai bilangan yang ia pelajari dari Thales sehingga ia dikenal juga sebagai bapak bilangan.

Kita mengenal kata Pythagoras pada umumnya berkaiatan dengan Dalil Geometri yang menyatakan bahwa luas persegi pada sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah luas kedua persegi sisi siku-sikunya. Atau dengan mudah dikatakan “Kuadrat sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi siku-sikunya”.

Dalam sejarah, Pythagoras disebut sebagai orang pertama yang membuktikan bahwa dalil itu benar. Dalil itu sendiri sudah ada sekitar 200 tahun sebelumnya di kalangan bangsa Sumerian. Bangsa ini tinggal di daerah antara sungai Efrat dan sungai Trigis. Daerah itu sekarang dikenal sebagai negara Irak. Sesungguhnya, belum ada bukti yang cukup kuat untuk menunjukkan bahwa Pythagoraslah yang membuktikan kebenaran dalil itu kecuali dalam buku Euclides yang menyebutkan bukti itu berasal dari masa hidup Pythagoras. Sepuluh buku Euclides itu hingga kini masih tersimpan. Buku ini mengupas masalah geometri dengan sederhana dan tuntas. Euclides berpendapat bahwa sesuatu yang dianggap benar harus dibuktikan dengan penalaran yang logis. Buku-bukunya berisi bukti-bukti kebenaran geometri.

Riwayat Hidup :
Pythagoras lahir pada tahun 580 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia, Yunani. Beliau hidup kira-kira sampai tahun 496 SM. Dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.

Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Pythagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Pythagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Pythagoras juga berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.

Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Pythagoras kembali ke Samos dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530 SM, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”

Kaum phytagorean sangat berjasa dalam meneruskan pemikiran-pemikiran Pythagoras. Semboyan mereka yang terkenal adalah “authos epha, ipse dixit” (dia sendiri yang telah mengatakan demikian). Kaum ini diorganisir menurut aturan-aturan hidup bersama, dan setiap orang wajib menaatinya. Mereka menganggap filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai jalan hidup, sarana supaya setiap orang menjadi tahir, sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus. Diantara pengikut-pengikut Pythagoras di kemudian hari berkembang dua aliran. Yang pertama disebut akusmatikoi (akusma = apa yang telah didengar; peraturan): mereka mengindahkan penyucian dengan menaati semua peraturan secara seksama. Yang kedua disebut mathematikoi (mathesis = ilmu pengetahuan): mereka mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.

Para pengikut Pythagoras menyatakan bahwa guru mereka meninggal dengan cara yang unik. Beberapa dari mereka menyatakan Pythagoras mogok makan, sebagian lagi menyatakan bahwa dia mengurung dan berdiam diri. Cerita lain menyatakan bahwa konon rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka yang merasa tersingkirkan oleh kehadiran Pythagoras di tempat itu). Semua pengikutnya ke luar dari rumah terbakar dan lagi ke segala penjuru untuk menyelamatkan diri. Massa yang membakar rumah itu kemudian membantai para pengikutnya (pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah dihancurkan. Pythagoras sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan dipukuli. Dia disuruh berlari di suatu ladang, namun mengatakan bahwa dia lebih baik mati. Kemudian diambil keputusan bersama dan diputuskan: Pythagoras dihukum pancung di muka umum.

Pemikiran/Penemuan :
·     Dalil Geometri, menyatakan bahwa luas persegi pada sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kedua persegi sisi siku-sikunya. Atau dengan mudah dikatakan ’Kuadrat sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi siku-sikunya”.
·        Pythagoras percaya bahwa seluruh fenomena alam dapat dijelaskan melalui istilah yang terdapat pada bilangan yang saling berkaitan. Dengan kata lain, bilangan ditempatkan sebagai penanda alam atau simbol. Bilangan enam misalnya, selain dianggap bilangan sempurna, juga dianggap memiliki nilai mistis. Pengaruh pemikiran bilangan sebagai simbol yang dihubungkan dengan fenomena alam, khususnya untuk studi metafisika dan hermeneutika (studi tentang teks kitab suci) memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini. Pengaruh ini dapat dijumpai misalnya, dalam dunia kosmologi yang dalam studi mutakhir memperkirakan bahwa bentuk geometri alam semesta berasal dari konstruksi bilangan enam.

·  Mengenai bentuk Bumi, Pythagoras berpendapat bahwa Bumi berbentuk bundar, walaupun pendapat ini belum diakui umum. Menurut Heath, alasan Pythagoras mengenai bentuk Bumi yang bulat tersebut bahwa bentuk bundar paling tepat dibandingkan dengan bentuk lainnya, sebagaimana di dalam matematika bentuk benda berputar yang paling sempurna adalah bundar. Dikatakan pula bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, sedangkan Matahari, bintang-bintang, dan planet-planet bergerak pada lintasan masing-masing mengelilingi Bumi sebagai pusat. Selanjutnya atas dasar penyelidikan-penyelidikan yang ia kerjakan, Pythagoras memperoleh kesimpulan bahwa masalah-masalah yang ada dalam fisika dapat diselesaikan berdasarkan matematika.

Maksi Klaping Maubuthy

Author & Editor

...........................................................................................