Pythagoras merupakan salah satu filosof Yunani kuno yang
besar dan pendiri sekolah Pythagoras. Selain terkenal sebagai filosof yang
besar, Pythagoras juga terkenal sebagai seorang ahli dari matematika, terutama
mengenai bilangan yang ia pelajari dari Thales sehingga ia dikenal juga sebagai
bapak bilangan.
Kita mengenal kata Pythagoras pada umumnya berkaiatan
dengan Dalil Geometri yang menyatakan bahwa luas persegi pada sisi miring
sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah luas kedua persegi sisi
siku-sikunya. Atau dengan mudah dikatakan “Kuadrat
sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi
siku-sikunya”.
Dalam sejarah, Pythagoras disebut sebagai orang pertama
yang membuktikan bahwa dalil itu benar. Dalil itu sendiri sudah ada sekitar 200
tahun sebelumnya di kalangan bangsa Sumerian. Bangsa ini tinggal di daerah
antara sungai Efrat dan sungai Trigis. Daerah itu sekarang dikenal sebagai
negara Irak. Sesungguhnya, belum ada bukti yang cukup kuat untuk menunjukkan
bahwa Pythagoraslah yang membuktikan kebenaran dalil itu kecuali dalam buku
Euclides yang menyebutkan bukti itu berasal dari masa hidup Pythagoras. Sepuluh
buku Euclides itu hingga kini masih tersimpan. Buku ini mengupas masalah
geometri dengan sederhana dan tuntas. Euclides berpendapat bahwa sesuatu yang
dianggap benar harus dibuktikan dengan penalaran yang logis. Buku-bukunya
berisi bukti-bukti kebenaran geometri.
Riwayat Hidup :
Pythagoras lahir pada tahun 580 SM, di pulau Samos, di
daerah Ionia, Yunani. Beliau hidup kira-kira sampai tahun 496 SM. Dia
memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada
akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya
legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak
melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Pythagoras ke Mesir
merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada
imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang
dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Pythagoras sebagai murid.
Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini
ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Pythagoras juga berguru pada
imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk
belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik,
dan dalam perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Pythagoras kembali
ke Samos dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak
Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530 SM, karena tidak
setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di
Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan sebuah tarekat beragama yang
kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Kaum phytagorean sangat berjasa dalam meneruskan
pemikiran-pemikiran Pythagoras. Semboyan mereka yang terkenal adalah “authos epha, ipse dixit” (dia sendiri yang
telah mengatakan demikian). Kaum ini diorganisir menurut aturan-aturan hidup
bersama, dan setiap orang wajib menaatinya. Mereka menganggap filsafat dan ilmu
pengetahuan sebagai jalan hidup, sarana supaya setiap orang menjadi tahir,
sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus. Diantara pengikut-pengikut Pythagoras
di kemudian hari berkembang dua aliran. Yang pertama disebut akusmatikoi (akusma = apa yang telah
didengar; peraturan): mereka mengindahkan penyucian dengan menaati semua
peraturan secara seksama. Yang kedua disebut mathematikoi (mathesis = ilmu pengetahuan): mereka mengutamakan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.
Para pengikut Pythagoras menyatakan bahwa guru mereka
meninggal dengan cara yang unik. Beberapa dari mereka menyatakan Pythagoras
mogok makan, sebagian lagi menyatakan bahwa dia mengurung dan berdiam diri.
Cerita lain menyatakan bahwa konon rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka
yang merasa tersingkirkan oleh kehadiran Pythagoras di tempat itu). Semua
pengikutnya ke luar dari rumah terbakar dan lagi ke segala penjuru untuk
menyelamatkan diri. Massa yang membakar rumah itu kemudian membantai para
pengikutnya (pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah dihancurkan.
Pythagoras sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan dipukuli. Dia
disuruh berlari di suatu ladang, namun mengatakan bahwa dia lebih baik mati.
Kemudian diambil keputusan bersama dan diputuskan: Pythagoras dihukum pancung
di muka umum.
Pemikiran/Penemuan :
· Dalil
Geometri,
menyatakan bahwa luas persegi pada
sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kedua persegi sisi
siku-sikunya. Atau dengan mudah dikatakan ’Kuadrat sisi miring sebuah segitiga
siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi siku-sikunya”.
· Pythagoras
percaya bahwa seluruh fenomena alam dapat dijelaskan melalui istilah yang
terdapat pada bilangan yang saling berkaitan. Dengan kata lain, bilangan
ditempatkan sebagai penanda alam atau simbol. Bilangan enam misalnya, selain
dianggap bilangan sempurna, juga dianggap memiliki nilai mistis. Pengaruh
pemikiran bilangan sebagai simbol yang dihubungkan dengan fenomena alam,
khususnya untuk studi metafisika dan hermeneutika (studi tentang teks kitab
suci) memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini. Pengaruh ini dapat dijumpai
misalnya, dalam dunia kosmologi yang dalam studi mutakhir memperkirakan bahwa
bentuk geometri alam semesta berasal dari konstruksi bilangan enam.
· Mengenai
bentuk Bumi, Pythagoras berpendapat bahwa Bumi berbentuk bundar, walaupun
pendapat ini belum diakui umum. Menurut Heath, alasan Pythagoras mengenai
bentuk Bumi yang bulat tersebut bahwa bentuk bundar paling tepat dibandingkan
dengan bentuk lainnya, sebagaimana di dalam matematika bentuk benda berputar
yang paling sempurna adalah bundar. Dikatakan pula bahwa Bumi adalah pusat alam
semesta, sedangkan Matahari, bintang-bintang, dan planet-planet bergerak pada
lintasan masing-masing mengelilingi Bumi sebagai pusat. Selanjutnya atas dasar
penyelidikan-penyelidikan yang ia kerjakan, Pythagoras memperoleh kesimpulan
bahwa masalah-masalah yang ada dalam fisika dapat diselesaikan berdasarkan
matematika.