Senin, 27 Agustus 2012

Model Pembelajaran Social Problem Solving

Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah Sosial (Social Problem Solving)

Latar Belakang Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat individu merupakan “aktor sosial” (social actor). Salah satu kemampuan yang dituntut untuk menjadi keputusan seorang aktor sosial yang baik adalah mengambil keputusan secara nalar atau well informed and reasoned decision making (Banks, 1978). Kemampuan tersebut akan tercermin melalui proses pembelajaran yang memungkinkan individu terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan pemecahan masalah sosial baik secara individual maupun kolektif. Oleh karena itu perlu dikembangkan strategi pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah sosial.
Dengan strategi itu pembelajaran diskenariokan untuk melibatkan pebelajar dalam praktek pemecahan masalah sosial, khususnya yang berkenaan dengan berbagai aspek kebijakan publik secara kolektif. Sebagai contoh selanjutnya akan dipaparkan strategi pembelajaran keterampilan pemecahan masalah sosial yang terkait pada status, peran, dan tanggung jawab warga negara dalam konteks kebijakan publik. Contoh ini dipilih karena masalah kebijakan publik merupakan isu sosial yang bersifat generik yang dapat didekati secara interdisipliner. Oleh karena itu kerangka konseptual model ini dapat digunakan dalam pembelajaran untuk berbagai disiplin ilmu-ilmu soaial seperti geografi sosial, sejarah, hukum, administrasi negara, politik, ekonomi, antropologi, sosiologi, dan kriminologi.
Pembelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu wahana pendidikan demokrasi. Dalam konteks wacana internasional di Indonesia pembelajaran itu  masih termasuk ke dalam paradigma knowing democracy yakni pembelajaran yang
menitik beratkan pada penguasaan pengetahuan demokrasi. Sementara itu di negara lain seperti USA, New Zealand, UK sudah berada pada paradigma building democracy yakni “building pembelajaran yang menitik beratkan pada penyiapan warga negara agar komit terhadap penerapan dan pengembangan demokrasi. Untuk mencapai paradigma yang kedua itu perlu melalui paradigma doing democracy. Untuk itu maka pembelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan di Indonesia perlu difasilitasi agar berkembang dari paradigma knowing democracy ke doing democracy yakni pembelajaran yang menitik beratkan pada praktek berdemokrasi.
Model Projek Belajar Kewarganegaraan ”Kami Bangsa Indonesia (PKKBI)” dalam 5 tahun terakhir sudah mulai dirintis pengembangannya di sekolah dasar dan menengah di Indonesia, secara paradigmatik diadaptasi dari model “We the People….Project Citizen” yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (CCE), dan dalam 15 tahun terakhir ini telah diadaptasi di sekirar 50 negara di dunia, termasuk Indonesia. Model ini bersifat generik, yang secara instrumental-pedagogis dapat dimuati konten/materi yang relevan di masingmasing negara. Sebagai model dipilih topik generik “Public Policy” (Kebijakan Publik), yang memang berlaku di negara manapun. Misi dari model ini adalah mendidik para siswa agar mampu menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik dalam konteks proses sebagai fokus demokrasi, dan dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warganegara muda mencoba memberi masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya kualitas warganegara yang “cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggung jawab”. Melalui model tersebut para pebelajar akan memperoleh pengalaman bagaimana mengajarkan demokrasi atas dasar pemahaman yang mendalam tentang apa, mengapa, dan bagaimana demokrasi.
Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah
  1. Kompetensi. Model ini sangat potensial untuk mengembangkan kompetensi kewarganegaraan “ mengambil keputusan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kepentingan publik secara nalar,(kritis, kreatif, antisipatif) dan bertanggungjawab (semata-mata untuk kepentingan publik-pro bono publico), secara demokratis”. Kompetensi ini bersifat integratif yang di dalamnya termasuk seluruh dimensi kompetensi kewarganegaraan (civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic commitment, civic confidence, dan civic competence) dalam konteks cita-cita demokrasi konstitusional sesuai Pancasila dan UUD 1945. 
  2. Tujuan Pembelajaran. Melalui model ini pebelajar diharapkan peka terhadap masalah yang ada di lingkukngan secara langsung terkait kebijakan publik, tanggap terhadap berbagai implikasi dari permasalahan tersebut terhadap berbagai dimensi kebijakan publik, mampu memecahkan salah satu masalah yang paling krusial di lingkungannya secara sistematis dan kolektif dengan cara pandang sebagai warganegara yang demokratis, mampu mengambil keputusan kolektif sebagai rekomendasi terkait kebijakan publik yang relevan, mampu mensosialisasikan usulan kebijakan yang direkomendasikan melalui koridor dan instrumen demokrasi yang ada di lingkungannya.Bagi pembelajar diharapkan mampu mengimplementasikan model tersebut dalam lingkup pembelajaran PKn / IPS di sekolah (SD, SMP, SMU) dan mampu melakukan penyempurnaan model tersebut melalui berbagai pendekatan penelitian untuk perbaikan
Materi yang Sesuai dengan Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah
Materi pokok yang cocok untuk dijadikan fokus pembelajaran masalah sosiall politik, model adalah :
  • masalah-masalah sosial, politik, yuridis, dan ideologis, yang ada dalam masyarakat sekitar,
  • hubungan fungsional masalah-masalah tersebut dalam butir (a) dengan berbagai dimensi kebijakan publik (public policy),
  • strategi pemecahan masalah yang mencerminkan konsep dan prinsip demokrasi,
  • strategi komunikasi untuk mempengaruhi kebijakan publik atas dasar pemecahan masalah.
D. Waktu Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah
Secara utuh model dengan satu fokus masalah memerlukan 4 x 180 menit waktu 4 kali pertemuan @ 150 menit tatap muka, ditambah 4 x 180 menit kegiatan terstruktur, dan 4 x 180 menit kegiatan mandiri.
E. Evaluasi Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah
Model ini menggunakan evaluasi berbantuan portofolio (portfolio-assisted evaluation). Portofolio Tampilan dan Dokumentasi selanjutnya disajikan dalam suatu simulasi “Public Hearing” atau dengar pendapat yang menghadirkan pejabat setempat yang terkait dengan masalah portofolio tersebut untuk berperan sebagai juri. Acara dengar pendapat dapat dilakukan di masing-masing kelas atau dalam suatu acara “Show Case” atau “Gelar Kemampuan” bersama dalam suatu acara sekolah/kampus, misalnya di akhir semester. Bila dikehendaki arena “Show case” tersebut dapat pula dijadikan arena “contest” atau kompetisi untuk memilih kelas/kelompok portofolio terbaik untuk selanjutnya dikirim ke dalam “Show Case and Contest” antar kampus dalam lingkungan perguruan tinggi, atau untuk dunia persekolahan antar sekolah di lingkungan Kabupaten/Kotamadya atau malah untuk acara
regional propinsi atau nasional. Tujuan semua itu antara lain untuk saling berbagi ide dan pengalaman belajar antar “young citizens” yang secara psiko-sosial dan sosial-kultural pada gilirannya kelak akan dapat menumbuhkembangkan “ethos” demokrasi dalam konteks “harmony in diversity”.
Setelah acara dengar pendapat, dengan fasilitasi pembelajar diadakan kegiatan “refleksi” yang bertujuan untuk secara individual dan bersama-sama merenungkan dan mengendapkan pengalaman dampak perjalanan panjang proses belajar bagi perkembangan pribadi pebelajar sebagai warganegara. Ajaklah pebelajar untuk menjawab pertanyaan “What have I learned best?” What should I do as a citizen?. Demikian pula bagi pembelajar bertanyalah “What have I contributed to the development of ethos of democracy in students as young citizens?”
F. Pendekatan Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah Pendekatan
Model pembelajaran ini menerapkan pendekatan fungsional (functional approach) atau pendekatan berbasis masalah (problem-based approach). Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari esensi strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam model “Project”. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
  • mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik dalam Masyarakat
  • memilih suatu Masalah untuk dikaji oleh kelas
  • mengumpulkan Informasi yang terkait pada Masalah itu
  • mmengembangkan Portofolio kelas
  • menyajikan Portofolio
  • melakukan Refleksi Pengalaman Belajar
Di dalam setiap langkah pebelajar belajar secara terstruktur personal dan/atau mandiri, baik secara perseorangan dan/atau dalam kelompok kecil dengan fasilitasi dari pembelajar dan menggunakan aneka ragam sumber belajar di sekolah/kampus dan di luar sekolah/kampus (manusia, bahan tertulis, bahan terekam, bahan tersiar, alam sekitar, artifak, situs sejarah, dan lain-lain). Di situlah berbagai keterampilan dikembangkan seperti: membaca, mendengar pendapat orang lain, mencatat, bertanya, menjelaskan, memilih, merumuskan, menimbang, mengkaji, merancang perwajahan, menyepakati, memilih pimpinan, membagi tugas, menarik perhatian, berargumentasi dan lain-lain.
Metode
Metode pembelajaran menggunakan kombinasi presentasi oleh pembelajar, diskusi umum, diskusi kelompok, survei lapangan, studi kepustakaan, workshop, dan simulasi dengar pendapat (simulated-hearing)
Media dan Sumber
Model ini menggunakan aneka media dan sumber seperti media cetakan (buku teks, ensiklopedia, buku tulis, kliping) media perekam (video, audio, cd), elektronik (internet), media tersiar (radio, tv), dan nara sumber (pakar, praktisi, manusia kunci, pelaku sejarah). Untuk kepentingan perekaman proses belajar dan pengemasan hasil belajar dikembangkan portofolio dalam bentuk tampilan. Fortofolio visual yang disusun secara sistematis yang melukiskan proses pembelajaran yang didukung oleh seluruh data yang
relevan, yang terpadu secara utuh melukiskan “integrated learning experiences” atau pengalaman belajar yang terpadu yang dialami oleh siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan. Dalam konteks ini portofolio dimaksudkan sebagai kumpulan hasil pekerjaan
mahasiswa yang mencerminkan keseluruhan aktivitas mahasiswa dalam melakukan tugas-tugas belajarnya (learning task) dalam konteks pengalaman belajar (learning experiences) secara keseluruhan.
Portofolio terbagi dalam dua bagian yakni “Portofolio tampilan”, dan “Portofolio dokumentasi”. Portofolio Tampilan berbentuk papan empat muka berlipat yang secara  jekasmenyajikan:
  • rangkuman Permasalahan yang dikaji,
  • berbagai alternatif Kebijakan Pemecahan Masalah,
  • usulan Kebijakan untuk Memecahkan Masalah,
  • pengembangan Rencana Kerja/Tindakan.
Sedangkan Portofolio Dokumentasi dikemas dalam Map Ordner atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti urutan Portopolio Tampilan.
Dikutip dari
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
Universitas Negeri Makassar

Markus Maubuthy

Author & Editor

...........................................................................................