Rabu, 18 Januari 2017

Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)


Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) ini berasal dari teori belajar kontruktivisme. Lapono (2010) menyatakan “teori konstruktivisme dalam pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya”. Ini berarti siswa sendiri yang harus menemukan pengetahuan atau konsep, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-ide. Hubungan model POE  dengan teori kontruktivisme yaitu menganggap bahwa siswa dengan pengetahuan yang telah mereka miliki akan dapat mengembangkan kemampuan atau pengetahuannya itu.

Prediction-Observation-Explanation (POE) dikembangkan oleh White and Gunstone (1992) sebagai strategi pembelajaran yang digunanakan dalam pembelajaran sains. POE mewajibkan tiga task untuk dilakukan. Pertama, stratergi ini membantu untuk membuka prediksi masing-masing siswa terhadap suatu kejadian, dan alasan mereka atas prediksi tersebut. Kedua, siswa menggambarkan apa yang mereka lihat dalam demonstasi. Ketiga, siswa harus mencocokan konflik antara prediksi dan hasil observasi mereka.

1.      Predict
Predict merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa atau fenomena. Siswa akan meramalkan jawaban suatu permasalahan yang diberikan guru, menuliskan ramalan tersebut beserta alasannya. Siswa menyusun dugaan awal berdasarkan pengetahuan awal yang mereka miliki.
Umumnya dalam membuat sebuah prediksi terdapat dua langkah, yakni:
1.      Membangun sebuah model sistem.
Untuk menjelaskan “what happen, how, and why” dalam sebuah sistem, salah satu caranya adalah dengan cara membangun model sistem untuk komposisi sistem dan cara kerjanya. Biasanya, sebuah model sistem ini dibangun dengan cara mengaplikasikan teori-teori umum dalam sistem yang spesifik.
2.      Menggunakan If-Then Logic.
Pada tahap ini, siswa melakukan mental experiment menggunakan logika “JIKA-MAKA” terhadap model sistem yang telah dibuatnya untuk menghasilkan sebuah prediksi, dengan menalar bahwa, “JIKA sistem berperilaku seperti yang saya duga (sesuai dengan Model sistem), MAKA prediksi saya (ekspektasi secara logika) bahwa SESUATU akan terjadi dan SESUATU akan teramati. Seseorang dapat berprediksi menggunakan logika JIKA-MAKA dalam beberapa cara, yakni: (1) Model-based deduction, yaitu menggunakan logika deduktif; (2) Model-based simulation, contoh dengan menggunakan simulasi komputer; dan (3) experience-based induction, yakni dengan mengasumsikan apa yang terjadi sebelumnya, pada kondisi yang sama, akan terjadi lagi.
Dalam POE ini, prediksi oleh siswa lebih didasarkan pada model-based deduction dan experience-based induction.
2.      Observe
Observe merupakan kegiatan pengamatan Pada tahap ini, siswa melakukan pengamatan mengenai apa yang terjadi. Siswa dapat mengadakan praktikum, memperhatikan demonstrasi, melihat video, atau kegiatan pengamatan lainnnya, kemudian mencatat apa yang mereka amati. Tahapan ini hanya berisikan eksperimen dan observasi yang terisolasi dari apapun yang telah siswa pikirkan pada tahap Predict. Hal ini ditekankan pada scientific ideal of objective observation, jadi siswa mengetahui apa yang benar-benar terjadi pada realitanya, tidak terbiaskan oleh apa yang mereka ekspektasikan untuk terjadi.
3.      Explain
Explain merupakan kegiatan siswa membandingkan hasil observasi dengan prediksi mereka, dan menjelaskan kesesuaian antara prediksi dengan hasil observasi.

Selama proses Predict hingga Explain, siswa dapat berdiskusi satu sama lain dalam kelompok kecil atau disikusi kelas tentang alasan prediksi mereka atau penjelasan mengenai hasil observasi yang telah terjadi. Tujuannya bisa untuk mempengaruhi orang lain atau hanya sebatas kooperatif sharing mengenai ide-ide untuk memperluas pengetahuan.

Prinsip yang mendasari pelaksanaan POE adalah: (1) jika siswa tidak diminta untuk terlebih dahulu memprediksi apa yang akan terjadi, mereka mungkin tidak mengobservasi dengan sungguh-sungguh; (2) menulis prediksi mereka memotivasi siswa untuk ingin tahu jawaban yang sebenarnya; (3) meminta siswa menjelaskan alasan untuk prediksi mereka memberikan petunjuk bagi guru tentang pengetahuian siswa. Hal ini bisa berguna untuk mengungkapkan miskonsepsi atau meningkatkan pemahaman siswa serta menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan terkait pembelajaran selanjutnya; (4) menjelaskan dan mengevaluasi prediksi mereka serta mendengarkan prediksi teman-teman membantu siswa untuk mulai mengevaluasi pengetahuan mereka dan membangun pengertian-pengertian yang baru.

Terminologi Computer Based Instruction (CBI)

Penggunaan teknologi pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki beragam manfaat. Beberapa alasan penggunaan teknologi dalam pembelajaran seperti yang dipaparkan Roblyer (2006) antara lain untuk memotivasi siswa, untuk meningkatkan proses pembelajaran, membuat siswa dan guru bekerja lebih produktif, membantu siswa belajar dan mempetajam keterampilan era informasi mereka. Salah satu teknologi yang kerap digunakan adalah komputer.
Sejak tahun 1950an penggunaan komputer mulai diperluas ke dalam dunia pendidikan. Pegiat teknologi pemdidikan mulai mengembangkan program penggunaan komputer dalam pengajaran yang dikenal dengan istilah computer-based instruction (CBI) untuk melatih, mengajar, menguji siswa, dan untuk mengatur program pembelajaran. Pengertian CBI itu sendiri menurut Criswell (1989) adalah penggunaan komputer untuk menyajikan materi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dan merespon aktivitas peserta didik. Pendapat lain dikemukakan oleh Kemp & Dayton (1985) sebagai berikut.
Computer Based Instruction refers to any application of computer technology to the instructional process. It includes using a computer to present information, to tutor a learner, to provide practice for developing a skill, to simulate a process which is being studied, and manipulate to solve problem.

Jadi istilah computer based instruction (CBI) umumnya menunjuk pada semua software pendidikan yang diakses melalui komputer dimana peserta didik dapat berinteraksi dengannya. Sistem komputer menyajikan serangkaian program pengajaran kepada peserta didik baik berupa informasi maupun latihan soal untuk  mencapai tujuan pengajaran tertentu dan peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan cara berinteraksi dengan sistem komputer.
Terdapat beragam terminologi berkaitan CBI diantaranya computer-assisted instriction (CAI), computer-aided instruction (CAI), computer-based learning (CBL), computer-assisted learning (CAL), dan instilah-istilah lainnya. Termiologi ini masih dalam perdebatan karena berbagai peneliti mengartikan hal tersebut secara berbeda-beda. Salah satu pengertian yang umum ditemukan adalah CAI (computer-assisted learning) dikonotasikan sebagai pendekatan belajar terprogram yang tujuan pendidikannya diraih melalui pengajaran langkah demi langkah. Seringkali CAI diartikan sebagai komputer yang menyampaikan informasi pada siswa. CAI menuntun siswa untuk menggunakan komputer di kelas baik dalam hal tutorial software maupun drill and practice, sedangkan CBI (computer-based instruction) adalah sebuah pembelajaran terprogram yang menggunakan komputer sebagai sarana utama atau alat bantu yang mengkomunikasikan materi kepada siswa. Perbedaan yang mendasar terdapat pada proses pembelajarannya. Pada CAI (computer-assisted learning) peran guru tidak semuanya dihilangkan dan komputer hanya beperan sebagai pendamping guru dalam menyampaikan materi, sedangkan pada CBI komputer menjadi pusat pembelajaran (center of learning) dimana siswa berperan lebih aktif dalam mempelajari suatu materi dengan media utama yakni komputer.
Adapun Kulik & Kulik (1991) memandang CBI lebih luas cakupannya dibandingkan dengan CAI (computer-assisted learning). Kulik & Kulik (1991) membagi tipe kelompok CBI sebagai berikut.
1.      Computer-assisted instruction (CAI), dimana komputer menyediakan drill-and-practice exercises tetapi bukan materi yang baru, atau tutorial instruction yang memuat materi yang baru.
2. Computer-managed instruction (CMI), dimana komputer mengevaluasi kinerja siswa, membimbing siswa kepada sumber pembelajaran yang cocok, dan terus mencatat proses siswa.

3.   Computer-enriched instruction (CEI), dimana (a) komputer berlaku sebagai sebuah problem solving tool, (b) menggeneralisasikan data sesuai permintaan siswa untuk mengilustasikan hubungan suatu model, (c) mengeksekusi program yang dikerjakan oleh siswa.

Referensi:
Criswell, E. L. (1989). The Design of Computer Based Instruction. New York:  Macmillan Publishing Company
Kemp, J. E. & Dayton, D. K. (1985). Planning and Producing Instructional Media.  New York: Harper & Row Publisher Cambridge
Roblyer, M. D. (2006). Integrating Educational Technology into Teaching 4th Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Kulik & Kulik, nyari sendiri yah, itu jurnalnya gratis.