Anaxagoras adalah salah seorang filsuf dari aliran pluralisme. Filsuf lain
yang tergolong di dalam aliran ini adalah Empedocles. Anaxagoras,
sebagaimana Empedocles, mengajarkan bahwa realitas alam semesta berasal dari
banyak prinsip. Anaxagoras diketahui mengarang satu buku dalam bentuk prosa.
Akan tetapi, hanya beberapa fragmen dari bagian pertama
yang masih tersimpan. Dalam rangka mencurahkan seluruh perhatian pada bidang
ilmu pengetahuan, Anaxagoras mengorbankan segala-galanya termasuk harta
kekayaannya.
Riwayat Hidup :
Anaxagoras lahir
di kota Klazomenai, Ionia, Asia Kecil, sekitar tahun
500 SM. Pada tahun 480 SM, Anaxagoras meninggalkan kota asalnya dan menetap di Athena. Ia tinggal di
Athena selama kurang lebih 50 tahun. Dengan demikian Anaxagoras menjadi filsuf
pertama yang berkarya di Athena, yang nantinya akan menjadi pusat Filsafat Yunani.
Di Athena
Anaxagoras berteman dengan Pericles, seorang
politikus terkenal di Athena. Selain itu, disebutkan pula bahwa Euripides,
dramawan tersohor kesusasteraan Yunani, adalah murid Anaxagoras.
Ketika Pericles
telah berusia lanjut, musuh-musuhnya berhasil memfitnah Anaxagoras dengan
tuduhan murtad dan Anaxagoras diancam hukuman mati. Tampaknya Anaxagoras
difitnah karena ia menganggap Matahari dan Bulan bukan sebagai dewa melainkan
benda-benda material semata. Dengan pertolongan Pericles, ia dilepaskan dari
penjara dan melarikan diri ke kota Lampsakos. Anaxagoras dikatakan meninggal di
sana pada usia 72 tahun pada tahun 428 SM.
Pemikiran/Penemuan
:
· Tentang Benih-Benih sebagai
Prinsip Alam Semesta. Anaxagoras sama seperti Empedocles yang menyatakan bahwa
prinsip dasar yang menyusun alam semesta tidaklah tunggal, namun mereka berbeda
di dalam jumlahnya. Empedocles menyatakan bahwa hanya ada 4 zat yang menjadi
prinsip alam semesta, sedangkan Anaxagoras menyatakan bahwa jumlah prinsip
tersebut tak terhingga. Zat-zat tersebut disebutnya "benih-benih" (spermata).
Menurut Anaxagoras, setiap benda, bahkan seluruh realitas di alam semesta,
tersusun dari suatu campuran yang mengandung semua benih dalam jumlah tertentu.
Indera manusia tidak dapat mencerap semua benih yang ada di dalam satu benda,
melainkan hanya benih yang dominan. Contohnya jikalau manusia melihat emas,
maka ia dapat langsung mengenalinya sebagai emas, sebab benih yang dominan pada
benda tersebut adalah benih emas. Akan tetapi, pada kenyataannya selain benih
emas, benda itu juga mempunyai benih tembaga, perak, besi, dan sebagainya.
Hanya saja semua benih tersebut tidak dominan sehingga tidak ditangkap
oleh indera manusia.
Argumentasi yang ditunjukkan oleh Anaxagoras adalah
melalui tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai unsur, seperti
daging, kuku, darah, rambut, dan sebagainya. Bagaimana mungkin
rambut dan kuku tumbuh, padahal manusia tidak memakan rambut atau kuku?
Pemecahan yang diberikan Anaxagoras adalah karena di dalam makanan telah
terdapat benih rambut, kuku, daging, dan semua unsur lainnya.
Ide dari
Anaxagoras ini merupakan dasar hipotesis keatoman Demokritus, yang hidup pada
generasi berikutnya. Anaxagoras menyangkal pendapat Yunani kuno mengenai
tercipta dan rusaknya suatu zat. Ia mengemukakan bahwa zat tersusun dari
“spermata”, yaitu partikel-partikel kecil yang tak dapat dilihat dengan mata.
Perubahan yang terjadi pada zat adalah disebabkan oleh penggabungan atau pemisahan
“spermata-spermata” tersebut. “Spermata” tersebut tidak dapat diubah, hanya
bentuk, warna, dan rasa yang berbeda. Ajaran ini menbayangi hukum kekekalan
zat.
· Tentang Nous. Jikalau Empedocles
menyatakan ada dua prinsip yang menyebabkan perubahan-perubahan dari zat-zat
dasar, yakni "cinta" dan "benci", maka Anaxagoras
menyatakan hanya ada satu prinsip yang mendorong perubahan-perubahan dari
benih-benih tersebut, yakni nous. Nous berarti "roh".
Ia tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda, namun
menjadi prinsip yang mengatur segala sesuatu.
Masih menjadi perdebatan apakah nous yang
dimaksudkannya bersifat materi atau tidak, sebab Anaxagoras mengatakan bahwa nous
merupakan unsur yang paling halus dan paling murni dari segala yang ada. Akan
tetapi, jelas bahwa Anaxagoras adalah filsuf pertama yang menetapkan
kemandirian roh atau rasio terhadap semua zat atau materi.
· Tentang Alam Semesta. Ajaran
Anaxagoras tentang alam semesta mirip dengan filsuf-filsuf pertama dari Ionia,
khususnya Anaximenes. Anaxagoras
berpendapat bahwa badan-badan jagat raya terdiri dari batu-batu yang berpijar
akibat kecepatan tinggi dari pusaran angin yang menggerakkannya.
· Tentang Makhluk Hidup. Anaxagoras
adalah filsuf pertama yang membedakan secara jelas antara makhluk hidup dengan
yang tidak hidup. Dikatakan bahwa nous memang menguasai segala-galanya,
namun tidak ada di dalam makhluk yang tidak hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan.
· Tentang Pengenalan. Berbeda dari Empedocles
yang menyatakan bahwa yang sama mengenal yang sama, menurut Anaxagoras prinsip
pengenalan justru yang berlawanan mengenal yang berlawanan. Argumentasi yang
diberikan olehnya adalah pengenalan inderawi manusia yang disertai rasa nyeri,
misalnya bila tangan meraba air panas, atau mata melihat benda yang terlalu
terang.
· Tentang Bulan.
Ia mempunyai pandangan bahwa Bulan tidak memancarkan
sinar dari dirinya sendiri melainkan memantulkan sinar Matahari dan terjadinya
gerhana Bulan adalah akibat kedudukan Bulan yang berseberangan terhadap Bumi,
sedangkan gerhana Matahari terjadi pada Bulan baru, yaitu ketika posisi Bulan
sepihak Bumi. Dikatakan bahwa Matahari adalah batu berwarna merah yang berpijar
panas, sedangkan Bulan tidak jauh berbeda dengan Bumi. Akibat pendapatnya yang
waktu itu bertentangan dengan keyakinan masyarakat yang ada, maka Anaxagoras
diusir dari Athena.