Tahun
ini penuh dengan luasan es yang terus menyusut ke titik terendah, rekor
tersebut sudah terjadi pada 26 Agustus dan 4 September.
Dan
dalam dua pekan terakhir, tutupan luas es yang meleleh mencapai 517.997
km persegi, angka yang cukup besar untuk akhir musim panas.
Menurut
ilmuwan Walt Meier, "Penurunan tutupan es yang kuat di akhir musim
panas menjadi indikasi betapa tipisnya es ini sekarang."
"Es ini pasti sangat tipis sehingga bisa terus meleleh saat matahari terbenam dan musim gugur datang."
Para
ilmuwan menggunakan luas es Arktik sebagai patokan iklim secara
keseluruhan. Terlepas dari fluktuasi tahunan akibat variasi cuaca alami,
lapisan es ini terlihat jelas menunjukkan tren menyusut dalam 30 tahun
terakhir, menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional.
"Tingkat minimum tahun ini hampir 50 persen lebih rendah dari rata-rata 1979-2000," menurut mereka.
Pusat
penelitian yang berbasis di Colorado ini mengatakan bahwa komposisi
Arktik kini berubah. Saat sebelumnya es tetap membeku sepanjang musim
panas, kini sebagian besar meleleh dan membeku lagi saat musim berganti.
"Dua
puluh tahun dari sekarang di bulan Agustus, Anda mungkin bisa menaiki
kapal melewati Samudera Arktik," kata ilmuwan Julienne Strove. Padahal
kawasan itu biasanya tertutup oleh es sepanjang tahun.
Berbagai
model iklim memprediksikan "kondisi bebas es" itu terjadi pada 2050,
namun penurunan luasan es ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut bisa
terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pusat penelitian
tersebut kini memperingatkan bahwa panas dan kelembaban dari tutupan es
Arktik yang meleleh bisa membawa implikasi global.
"Ini akan
secara bertahap memengaruhi iklim di area tempat tinggal kita," ujar
dia. "Kita memiliki lebih sedikit kutub polar, maka akan ada lebih
banyak variasi dan ekstrem (cuaca)."
Aktivis lingkungan
Greenpeace memprihatinkan pengumuman tersebut. Mereka berharap fakta ini
akan memicu rasa darurat dan aksi memperlambat tren ini.
"Hanya
dalam 30 tahun, kita sudah mengubah bagaimana planet kita terlihat dari
luar angkasa. Dan kini dengan segera Kutub Utara akan bebas es pada
musim panas," kata Direktur Greenpeace Kumi Naidoo dalam sebuah
pernyataan.
"Saya harap generasi masa depan akan melihat hari ini
sebagai sebuah titik balik, saat semangat kerjasama global muncul untuk
mengatasi tantangan besar yang kita alami."